BIODATA
Nama Asli :Wijhi Widodo TTL : Solo, 26 Agustus 19663 Hilang : Masuk DOH (Daftar Orang Hilang) Tahun 2000 Siapa tidak kenal dengan sosok ini, ya ! Wijhi Thukul. Seorang sastrawan yang luar biasa, aktivis Indonesia yang hilang setelah peristiwa 27 Juli 1996. Peristiwa apa itu ? |
Ensiklopedi Indonesia menjelaskan bahwa Peristiwa 27 Juli 1996 merupakan peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jl Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri. Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan) serta dibantu oleh aparat dari kepolisian dan TNI.
Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar.
Pemerintah saat itu menuduh aktivis PRD sebagai penggerak kerusuhan. Pemerintah Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis PRD ke penjara. Budiman Sudjatmiko mendapat hukuman terberat, yakni 13 tahun penjara.
Peristiwa tersebut mengakibatkan para aktivis
ditangkap, diculik dan hilang termasuk Wiji Thukul, beberapa orang melihat dia terakhir kalinya pada April 1998 di Jakarta dan akhirnya Wiji Thukul masuk Daftar Orang Hilang pada Tahun 2000.
Mengenal Lebih Jauh Wiji Thukul
Wiji Thukul lahir dari keluarga kurang mampu, ayahnya adalah seorang tukang becak. hobi menulis puisi mulai dilakoninya sejak dia masih duduk di Sekolah Dasar dan di SMP dia mulai memasuki dunia Theater yaitu theater Jagat. untuk menyambung hidupnya, Wiji Thukul tak segan untuk menjadi penjual koran, calo tiket bioskop bahkan tukang pelitur disalah satu perusahaan meubel, tidak ketinggalan pula usahanya keluar masuk warung --tidak untuk membeli makanan-- untuk mengamen-kan puisi-puisi hasil karyanya. sungguh perjuangan hidup yang luar biasa !
Wiji Thukul bukan orang yang mudah menyerah dan pesimistis, ditengah keterbatasan perekonomian keluarganya, dia tetap aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat bagi orang lain. diantara kegiatan tesebut adalah kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung
Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.
Bukti Nyata Dia Seorang Aktivis
Pada 1994, terjadi aksi petani di
Ngawi, Jawa Timur. Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli
militer, kemudian pada 1992 dia melakukan demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik Tekstil PT. Sariwarna Asli Solo, dia juga aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (JAKKER), mata kanannya yang cidera karena "dibenturkan" oleh aparat ketika dia melakukan protes karyawan PT Sritex, pada 27 Juli 1998 dia menghilang dan April 2000 istri Wiji melaporkan ke Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KONTRAS).
Peristiwa hilangnya Wiji Thukul membuat Forum Sastra Surakarta (FSS) yang dimotori penyair Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo mengadakan sebuah forum solidaritas dengan judul "Thukul, Pulanglah" yang diadakan di Surabaya, Mojokerto, Solo, SEmarang, Yogyakarta dan Jakarta.
Karya Ada Karna Cipta
Sudah banyak karya Wiji Thukul yang populer hingga saat ini, 3 sajaknya yang berjudul
Peringatan,
Sajak Suara, dan
Bunga dan Tembok dimuat dalam Antologi "
Mencari Tanah Lapang" yang diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994. kemudian dua kumpulan puisinya yaitu p
uisi Pelo dan
Darman dan lain-lain diterbitkan
Taman Budaya Surakarta, Bunga dan Tembok, Peringatan, Kesaksian.
Sajak Suara
[wiji tukul]sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwakusuara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara, mengapa kau kokang senjatamu dan gemetar ketika suara itu
menuntut keadilansesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ia lah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnyaapabila engkau tetap bertahan,
aku akan memburumu seperti kutukan.Opini Sinkronisasi Aktivis Era ini Wiji Thukul tidak pernah mengenyam bangku kuliah, bangku yang sesak dengan kata "isasi" dan "isme" bahasa yang memang terdengar sukar dimengerti oleh kalangan tukang becak dan tukang ojek, tapi kenapa jiwa aktivisnya melebihi jiwa aktivis mahasiswa yang dikatakan sebagai agen of change ?
walaupun Wiji Thukul adalah aktivis Indonesia yang komit menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dia juga tetap melakoni profesionalitas hobinya sebagai sastrawan, saya sebut dia sastrawan kampung, tapi bukan kampungan, ingat bukan kampungan! terlebih dia memakai hobinya untuk mendukung pergerakannya, hebat.
mahasiswa sekarang banyak yang mengakui dirinya sebagai aktivis, entah di kampus belahan dunia mana ini? tapi nyatanya dia sendiri tidak tahu apa itu aktivis, orang yang "latah Demo" ketika banyak orang demo, ngikut demo. apa orang yang hilir mudik menyebar proposal kegiatan atau proposal bantuan dana yang ketika mendapat "lahan basah 20 % masuk kantong" uang capek katanya. atau mahasiswa yang tidak mementingkan prestasi akademiknya karena dia takut kehilangan idealismenya sebagai aktivis tulen?
untungnya dikampus tempat saya menuntut ilmu tidak ada yang seperti ini, walaupun kata orang-orang ada "sebagian", tapi tetap saja saya tidak percaya. [titik]
ativis sendiri banyak mempunyai makna, masing-masing ahli menyatakan hal yang berlainan tentang aktivis, walaupun sebenarnya berkaitan saja. saya sendiri memaknai aktivis sebagai orang yang tidak rela ketika orang lain mendapat kesulitan dan interpensi dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab, ya mengatasinya tentu semampu saya, maka dari itu perlu lembaga untuk memperkuat kinerja individu ini "organisasi".
ketika kita menuju organisasi yang berkaitan dengan media, berarti bantuan kita dominan melalui media, ketika kita memasuki organisasi yang berkenaan dengan seni, bantuan kita lebih banyak melaui seni, apabila kita masuk ke bagian sastra, ya bantuan kita lewat sastra seperti WS Rendra dan Wiji Thukul yang selalu membuat karya dengan maksud kritik sosial.
mungkin itu saja opini sepele dari saya, ketika para pembaca mulai gerah dengan tulisan ini, berarti pembaca sudah mulai memahami maksud dari tulisan ini, jadilah manusia yang berusah untuk sempurna, walaupun kita tidak mungkin menjadi sempurna dan janganlah menjadi manusia yang menggerogoti tubuh orang lain, karena tubuh dia sendiri pantas untuk digerogoti, terimakasih, wassalamualaikum Wr.Wb.referensi : Wikipedia Indonesia, tentang Wiji Thukul.TTD : Software | Entertainment | Hobi Ngeblog | Artikel Bebas | Tutorial Blog